Kamis, 30 Oktober 2008

Ada Apa Dengan Diriku

Akhir2 ini aku knp ya?? Aq gak tau jg apa yg terjadi dgnku...!! Uhh...
Tadi pas balik dari Musicademia kerasa banget, ntah apa yang kurasa aku gak tau... Hari ni bnar2 gak kondusif deh buat hatiku.. Ahh... Udah sejak berangkat ke Jakarta tadi sih, tapi mulai bete pas beberapa saat mau nyanyi... Arrgghh... Dan PUJI TUHAN aku bisa nyelesaiin nyanyi tadi... Ahh...

Pas kelar acaranya orang2 pada sibuk foto2 ma IDOL DIVO, ya itu, si DELON, JUDIKA, MIKE, n LUCKY... Tapi, td tuh bener2 gak aman bgt di t4 ramai.. Hatiku jg soalnya lagi "ramai" dgn perasaan yg ntah apa...

Di Bus aku ga dapat tempat duduk spt biasa. Tp bukan itu masalahnya mah... Trus aku duduk di anak tangga bus di pintu belakang... Aku bersandar di balik salah satu bangku terbelakang, dan tiba2 perasaan2 yang "ramai" itu menyerangku... Huauaaahhhhh.....!!!

Ke-melankolis-anku menyeruak dari dalam.. Menutupi Sanguinis bahkan Plegmatisku... Tiba2 aku ngerasa Melow banget... Ahhh... Sampe akhirnya tibalah di Darmaga, dan begitu pintu bus terbuka, bagaikan asap aku menghilang diserap sang angin... Arrgghhh... Help me my HOLY LORD... Read More »»

KONSER MUSICADEMIA 2008

SAMPOERNA UNTUK INDONESIA 2008

Di Konser Musicademia kali ini, gw cinta banget deh ma suaranya Lae Simanjuntak, ehhh... maph, LEA SIMANJUNTAK maksudnya... Duuhhhh, suaranya tuh tajem dan terpercaya banget deh... CELINE DION banget dah.. Wuhhh... Gw suka banget waktu dia nyanyi INDONESIA JAYA... Feel nya dapet banget...

Kali ini gw gak terlalu IN sama IDOL DIVO... Hmmm... Gmn yah... Tapi jujur aja gw jagoin LEA di konser kali ini... Hwhehehe... Pas IDOL DIVO nyanyi HERO nya IL DIVO, penonton pada tepok tangan histeris, tapi ga ada yg waahhh banget sih menurutku... Cm menang pamor ma LAE eehhh LEA doang kali ya...

DANIEL CHRISTIANTO, hmmm Oke juga sih suaranya... Pas ma lagu2 yang dibawain ama dia.. Hwehehehe..

Overalll bagus semuanya, PADUS2 nya n TWILITE ORCHESTRA nya juga oke-oke...

Tapi, gw tetep masih mengidolakan LEA kali ini.. Hidup LEA (sayang waktu acaranya udah selesai LEA nya langsung kabur masuk ruang artis deh, jd ga sempat minta foto bareng ato ttd nya... Hwehehe... Tapi tak apa lah, yg penting LEA exixt... Hahahaha) Read More »»

Selasa, 28 Oktober 2008

Arrrgghh... Milih lagi...

Hfff.... Setelah aku harus beberapa kali memilih, hari ini juga aku diharuskan untuk memilih... Hari ini antara Praktikum SO, Kuliah Menpas, dan Latihan Agria... Arrgghh.... Dan aku udah pernah bolong kuliah Menpas sekali (katanya si, kalo udah bolong sekali jangan harap dapat nilai A lagi... Hiikskss...)
Kalo Praktikum SO diundur jadi besok, tapi tetap aja gak ngaruh, soalnya besok acaranya... Dan harus berangkat jam 1 kayaknya... Ahhhh.. Dan dengan berat hati menionggalkan semua itu, aku pun memilih untuk Latihan Agria... Berangkat latihannya sih jam 3, dan aku ada kuliah SO jam 1... Tapi udah malasss... Malas dengan semua yang aku jalani ini.. Aku bukannya gak menikmati semua ini, tapi yaahhh, hidup penuh dengan pilihan, pilihan berat sekalipun...
Dan sekarang aku jadi gak enak sama Meii, Kak Bhass, Kak Gladys, dan orang-orang Agria.. Soalnya udah 3 kali aku gak ikut latihan... Hikksss...
Help me LORD facing this... Read More »»

Minggu, 26 Oktober 2008

Finally I can breathe

Hmmm... Praise the LORD... Finally, I can take a rest today... Huaahhh... After doing so many things, today I can "breath" freely... Ahahaha...After choosing one of my big choices today, I cant do the other one... I just think about taking a rest... Hmmm... For this momnet, its a great thing that I do want to do... Hwehehehe... Hmm.. But after taking a rest, there are still so many programmes that I have to do... But, at least, i have been recharged so I hope i can do all my activity freshly and well... Hehehehe... Read More »»

Two big choices

Hmmm.... Today is a hard enough day... I stand between two big choices... I am confused... The first choice is going to Church and serving there with my lovely art community, or the second choice, going to Jakarta to prepare a concert with AgriaSwara in Musicademia Concert... Hmmm... And they are in the same time... Phhhfff.... And, finally I choose to go to Church and serve there... I consider that this first choice is the best choice for me... Hopefully, I can learn all songs that will be sung on 29th October 2008 in Balai Kartini on Youth Concert Musicademia.... Hmmm... Help me LORD... Read More »»

Sabtu, 25 Oktober 2008

Hari ini aku kelompok kecil...

Hari ini, tanggal 25 Oktober 2008. Hari ini adalah hari dimana aku dan saudara kelompok kecilku melakukan kelompok kecil... Hehehe... Seperti biasanya, PKK (Pemimpin Kelompok Kecil) udah sms-in kami sebelumnya... Hmmm... Akhirnya setelah terjadi negosiasi diantara kami (kebiasaan kalau mau KK , ada negonya dulu, hehehe...), kami pun Kelompok kecil jam 7 malam... Setelah aku selesai latihan nyanyi buat kesaksian, aku langsung pulang, lagi2 naik ojek karena emang udah telat... :-0 Trus pas nyampe kosan, aku persiapan buat Kelompok Kecil sebentar dulu, dan sesudahnya aku caw buat KK... Dan lagi2 aku naik ojek dong... hehehe... Setelah ketemu ma PKK ku dan satu sodara KK ku, kami masih nunggu 1 orang lagi... Dan, setelah Reza (yang ditunggu-red) datang, kami pun langsung menuju tempat KK kami, dan langsung mulai... Hehehe.. Di KK tadi aku sharing gmn aku yang susah bangun, gmn aku yang integritasnya masih naik turun, dan lain2... dan Praise The LORD, kami tadi saling mendukung untuk bertumbuh, dan saling mendoakan... Aku cinta KK ku... :-) Read More »»

Indahnya Kampusku

Sore kemaren aku mau rapat ke kampus, di GOR Lama. Hmm... Karena udah ngerasa telat, aku pun memutuskan untuk naik ojek (kendaraannya mahasiswa kalo lagi telat-red)... Udah gitu, aku dibawa lewat jalan belakang, yang melewati belakang FKH... Brrrmmm.... Bukan lewat jalan depan kayak biasanya... Aku sih udah pernah lewat jalan belakang, tapi pagi ato siang gitu, itu juga ga terlalu sering kok... Pas melewati jalan belakang, aku liat pemandangan yang gak kayak biasanya gitu... hwehehehe... Kiri kananku ada pepohonan, trus jalanannya yang sepi... Plus udara yang segar... Woowww... Ternyata aku baru menyadari kalo IPB tuwh oke banget... Hehehehe... My Green Campus.. Hehehe... Read More »»

Kamis, 23 Oktober 2008

Olimpiade Sains Nasional PTI 2008

PT. PERTAMINA BEKERJASAMA DENGAN UNIVERSITAS INDONESIA AKAN MENYELENGGARAKAN OLIMPIADE SAINS PERGURUAN TINGGI seluruh INDONESIA (OSN-PTI 2008)

Dengan Tema “Mempersiapkan Generasi Indonesia Berprestasi”

OSNPTI-2008 adalah sebuah ajang kompetisi sains tingkat nasional yang dikhususkan bagi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di seluruh wilayah Indonesia. Kompetisi ini diharapkan dapat menghasilkan kandidat yang potensial untuk selanjutnya dibina dan diajukan dalam ajang olimpiade tingkat internasional. Kompetisi ini memperebutkan total hadiah beasiswa sebesar 135 juta rupiah. Putaran kompetisi dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tingkat daerah dan tingkat pusat.

Bidang Yang Dilombakan

  • Matematika
  • Fisika
  • Kimia

Hadiah dan Penghargaan

  • 1. Piagam Penghargaan
  • 2. Beasiswa (total sebesar 135 juta rupiah)

Pendaftaran dan seleksi

1. Pendaftaran : 1 September - 31 Oktober 2008

2. Seleksi Peserta Tingkat Daerah : 3 November 2008

3. Seleksi Peserta Tingkat Pusat & Final : 5-9 Desember 2008

Tempat seleksi

Seleksi Daerah

Seleksi akan dilaksanakan serentak di tiap provinsi seluruh Indonesia. Lokasi seleksi akan dipusatkan pada universitas mitra OSN-PTI 2008 atau lebih dikenal dengan universitas Local Partner yang bekerjasama dalam pelaksaan seleksi tingkat provinsi. Universitas mitra ini berada pada ibukota setiap provinsi.

download daftar universitas mitra

Seleksi Tingkat Pusat dan Final

Setelah peserta lolos ke putaran selanjutnya, maka seleksi tingkat pusat dan final akan dilaksanakan di Jakarta, tepatnya di kampus Universitas Indonesia.

Persyaratan Peserta

  • 1. Peserta adalah mahasiswa S1 PTN dan PTS seluruh Indonesia yang masih aktif kuliah dibuktikan dengan kartu mahasiswa dan surat pengantar dari Ketua Jurusan/Dekan/Rektor.
  • 2. Jumlah peserta OSN-PTI 2008 per universitas tidak dibatasi.
  • 3. Kompetisi ini tidak berlaku bagi mahasiswa yang pernah mengikuti lomba olimpiade tingkat mahasiswa internasional.
  • 4. Formulir dapat dikirim melalui Fax di 021-7866837 dan email di osn_pti@sci.ui.edu
  • 5. Harap untuk melampirkan kartu mahasiswa dan surat pengantar pada saat mengirimkan formulir pendaftaran via email ataupun fax.
  • 6. Formulir dapat di download melalui website http://www.sci.ui.ac.id/osnpti/formulir-pendaftaran/, dan bagi calon peserta yang telah mendownload formulir peserta dari website, diperbolehkan tidak menyertakan surat pemberitahuan dikarenakan telah adanya tanda tangan persetujuan dari Ketua Jurusan/Dekan/Rektor, dan harus tetap melampirkan kartu mahasiswa.

Fasilitas

  • 1. Seleksi Peserta untuk tingkat daerah akan dilaksanakan di setiap Propinsi.
  • 2. Bagi peserta yang memenangkan seleksi tingkat daerah akan mendapat fasilitas akomodasi dan transportasi untuk mengikuti seleksi tingkat pusat di Jakarta.

Workshop dan Seminar

Panitia menyelenggarakan seminar dan workshop bagi peserta dan pendamping.

Informasi dan Pendaftaran

Gedung A lt.2, Kampus FMIPA UI Depok 16421

Telp. 7866837, 7863436, 7863437 Fax. 7866837, 7270012

Email: osn_pti@sci.ui.edu

Website: http://sci.ui.edu

Contact Person : Bpk. Erning (021) 95642468, 081317288313

Read More »»

Rabu, 22 Oktober 2008

Belajar di Kampus Maya

Belajar Kapan Saja di Kampus Maya

Pepatah belajar di mana saja dan kapan saja tampaknya benar-benar menjadi kenyataan sekarang. Untuk belajar pun kini tak perlu repot-repot datang ke kampus untuk berinteraksi dengan dosen atau teman lainnya. Anda cukup duduk di depan komputer yang terhubung dengan jaringan internet. Dari situ anda sudah cukup bisa berbangga diri menjadi seorang mahasiswa. Anda pun tak perlu ikut unjuk rasa jika merasa tak cocok dengan pelajaran yang diberikan.

Sejak maraknya teknologi informasi seperti internet, belajar pun dilakukan dari depan layar monitor. Banyak lembaga dan perguruan tinggi, terutama di luar negeri, yang menawarkan program belajar jarak jauh (long distance learning). Beragam ilmu pengetahuan ditawarkan untuk menarik minat peserta. Belajar dengan cara seperti ini tentu si mahasiswa tak perlu memasuki ruang kelas. Cukup duduk manis di depan internet, baik di rumah maupun di kantor.

Salah satu lembaga yang menawarkan belajar jarak jauh ini adalah The Cornel Cooperative Extension Satellite Network (CCESN), yang membuka program belajar jarak jauh sejak 1996. Pusat kendali peralatan telekomunikasi "kampus maya" ini berpusat di Ithaca, Amerika Serikat, dengan 46 "kampus maya" yang dimilikinya. Satu kampus hadir di Jenewa, yang sengaja dijinkan oleh CCESN untuk membuka program belajar mereka.

Tak hanya CCESN yang menawarkan program serupa. PurpleTrain.com pun menawarkan program belajarnya yang mereka sebut e-learning. PurpleTrain.com merupakan provider yang menawarkan one-stop service pada bidang bisnis dan pendidikan teknologi informasi.

PurpleTrain.com membidik kelas menengah secara individual maupun kelompok, serta karyawan perusahaan, untuk menjadi mahasiswanya. "Kami menghadirkan nilai yang tinggi dalam kualitas dan solusi pendidikan online," kata Jolyn Chua, manajer pemasaran dan public relations lembaga yang bermarkas di Singapura ini. Tak kurang dari 300 buah kursus secara online, yang meliputi pendidikan setara diploma dalam bidang bisnis dan program teknologi informasi, disediakan.

Kampus maya dari Singapura ini 100 persen dimiliki oleh Informatics Holdings Limited sebagai penyelenggara pelatihan serta dan pendidikan terbesar yang terdaftar di bursa saham Singapura. "Hingga kini pemakai kami mencapai 40 ribu orang," kata Jolyn. Fasilitas terbaru yang diberikan PurpleTrain.com berupa fasiltas chatting dan diskusi langsung antaranggota. Layanan ini sebagai bentuk pembaharuan yang akan dicanangkan pada 30 Mei 2001 mendatang. Perusahaan pemilik PurpleTrain.com ini berdiri sejak 1983. Kini lembaga pendiikannya telah berkembang di 245 pusat pendidikan yang tersebar di 27 negara di belahan dunia.

Perbaikan layanan berupa fasilitas berlajar, materi pelajaran, dan layanan bimbingan lainnya menjadi salah satu daya tarik yang ditawarkan. Direktur Cornel Cooperative Extension Gary Goff membenarkan pemberian layanan itu sebagai nilai jual mereka. "Dengan daya jangkau kita yang luas pemberian layanan terbaik bagi peserta adalah sesuatu yang wajar," kata Gary.

CCESN juga menggunakan satellite videoconferencing yang dapat diakses secara bersama pada beberapa saluran yang telah terdaftar dalam lembaga mereka. Cara itu diyakini Gary bisa menekan ongkos lebih murah tanpa mengurangi kualitas pendidikan mereka. "Dengan begitu standart yang kita tetapkan sama pada semua mahasiswa," katanya. Untuk mengatasi kesulitan mahasiswa lembaga ini juga menyediakan layanan konseling pendidikan.

Untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kualitas yang dimiliki, PurpelTrain.com menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi lainnya. Andrews University (AS), Curtin University of Technology (Australia), Ottawa University (AS), Oxford Brooks University (Inggris), Thames Valley University (Inggris), dan University of London merupakan mitra PurpleTrain.com mengembangkan dirinya.

Belajar melalui internet tampaknya memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi mahasiswa. Seperti yang ditawarkan oleh Global University Alliance dalam Gua.com. Mahasiswa diberi jadwal pelajaran yang sesuai dengan kesukaaan dan waktu yang mereka miliki. Dengan begitu mahasiswa yang sibuk pun bisa mengatur sendiri jadwal belajarnya. Tak aneh mahasiswa bisa belajar lebih cepat karena tidak terikat dengan jadwal seperti dalam kampus non-maya. (sumber : http://www.tempo.co.id arif firmansyah) Read More »»

Jakarta International Literaty Festival (JILFest) 2008

JAKARTA INTERNATIONAL LITERARY FESTIVAL (JILFest) 2008
(FESTIVAL SASTRA JAKARTA)

LOMBA MENULIS CERPEN BERLATAR JAKARTA

Kerja Sama:
Komunitas Sastra Indonesia (KSI)
Komunitas Cerpen Indonesia (KCI)
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
Provinsi DKI Jakarta

Dasar Pemikiran
Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, kota internasional, dan berbagai predikat lainnya –yang melekat pada reputasi dan nama baik Jakarta yang merepresentasikan citra Indonesia— memiliki arti penting tidak hanya bagi warga Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat dunia. Artinya, posisi Jakarta sangat strategis bagi usaha mengangkat keharuman Indonesia serta menjalin kerja sama budaya untuk memperkenalkan Indonesia ke pentas dunia.
Dalam khazanah kesusastraan Indonesia, Jakarta dengan berbagai kekayaan kebudayaannya, keberagaman masyarakatnya, percepatan pembangunannya, dan latar geografik dan latar alamnya yang memancarkan perpaduan modernisme dan eksotisme, telah sejak lama menjadi lahan garapan para sastrawan Indonesia, bahkan juga sastrawan dari mancanegara. Kini, selepas memasuki alaf baru dan zaman ingar-bingar reformasi, sejauh manakah Jakarta masih memancarkan pesonanya, auranya yang menyebarkan daya tarik, dan semangat yang merepresentasikan keindonesiaan.
Dalam kaitan itulah, lomba penulisan cerita pendek berlatar atau bertema tentang Jakarta, akan menawarkan catatan estetik yang khas, sekaligus juga universal dalam sebuah kemasan karya sastra. Maka, karya itu hadir sebagai totalitas kreativitas pengarang. Tanpa itu, latar atau tema Jakarta hanya akan menjadi sesuatu yang artifisial, tempelan, dan tidak menyodorkan ruh Jakarta sebagai representasi keindonesiaan.

Tema
Cinta, kemanusiaan, dan persahabatan.

Deskripsi Latar
Mampu menggambarkan Jakarta sebagai pintu masuk memahami kekayaan budaya dan masyarakat Indonesia dalam menerima dan berhadapan dengan urbanisasi, kosmopolitanisasi dan globalisasi peradaban dunia.

Tujuan Kegiatan
1. Mengenalkan lebih dekat Jakarta sebagai kota budaya dan wisata dengan berbagai kekayaan hasil peninggalan sejarah dan cipta budayanya kepada masyarakat dunia.
2. Mempromosikan Jakarta sebagai daerah tujuan wisata dan tempat yang menarik untuk latar penulisan karya-karya sastra dan produksi karya seni lainnya.

Ketentuan Umum
1. Lomba ini terbuka bagi warga dunia (warga Indonesia dan warga asing)
2. Biodata dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon, ponsel, dan e-mail) disertakan di luar naskah lomba.
3. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah lomba.
4. Naskah lomba belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
5. Naskah lomba ditulis dalam bahasa Indonesia dan merupakan karya asli.
6. Naskah lomba dikirim kepada Panitia sebanyak 5 (lima) kopi, disertai CD atau flash disk berisi file naskah, selambat-lambatnya tanggal 10 November 2008 (stempel pos).
7. Di sebelah kiri amplop hendaknya ditulis “Lomba Menulis Cerpen JILFets 2008″.
8. Naskah lomba dialamatkan kepada:

Sekretariat Panitia Lomba Menulis Cerpen
Jakarta International Literary Festival (JILFest) 2008
Gedung Nyi Ageng Serang Lantai 6
Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Indonesia.

Ketentuan Khusus
1. Penjabaran tema dalam cerita dan penggambaran latarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Panjang karangan antara 8.000-15.000 karakter (with space), atau 4-8 halaman ketik 1,5 spasi, kertas ukuran A4 dengan huruf standar (Times New Roman, 12).
3. Peserta lomba adalah perseorangan, bukan kelompok.
4. Merupakan karya asli, bukan terjemahan ataupun saduran. Penjiplakan atas karya orang lain dalam bentuk apa pun, tidak dibenarkan, dan panitia berhak membatalkan keikutsertaannya dalam lomba ini.
5. Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak diadakan surat-menyurat.

Ketentuan Lain
1. Pengumuman Lomba dan penyerahan hadiah akan diselenggarakan pada acara khusus dalam rangkaian JILFest 2008.
2. Juara 1—3 akan diundang untuk mengikuti JILFest 2008 di Jakarta.
3. Hak Cipta ada pada pengarang.
4. Sebanyak 20 cerpen pilihan berikut karya para pemenang akan diterbitkan dalam bentuk buku, dan diupayakan akan diluncurkan serta didiskusikan dalam JILFest 2008 di Jakarta.
5. Panitia berhak mengedit kesalahan pengetikan dalam cerpen.

Hadiah dan Honorarium
Juara 1 Rp 5.000.000,00
Juara 2 Rp 4.000.000,00
Juara 3 Rp 3.000.000,00
Juara Harapan 1 Rp 2.500.000,00
Juara Harapan 2 Rp 2.000.000,00
Juara Harapan 3 Rp 1.500.000,00
Penghargaan untuk 20 cerpen pilihan berupa honor yang layak bagi penulisnya.

Keterangan Lain:
Juara 1—3 akan diundang ke Jakarta atas biaya Panitia (tiket, akomodasi, dan konsumsi). Keterangan lengkap tentang lomba ini dapat dilihat di www.jilfest.com

Jakarta, 5 September 2008

PANITIA PELAKSANA
JILFest 2008

Read More »»

Selasa, 21 Oktober 2008

Renungan Kakak-Adik

I Cried For My Brother Six Times

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.

Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.

"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."

Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?"

Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Taken From : www.kidung.com

Read More »»

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.


Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Taken From : www.kidung.com
Read More »»

Sabtu, 18 Oktober 2008

Sang Masa

SANG MASA

Ku tatap sang masa berlalu
Menanggalkan setiap yang telah dilalu
Tak perduli pada apa yang jadi
Berlari mengejar sesuatu yang tak pasti
 Kucoba merengkuh menghenti sang masa
Tak dapat aku
Kucoba cepatkan sang masa
Tak dapat jua aku
Kucoba memutar sang masa ke belakang
Tak pula aku dapat
 Aku terpaku di suatu yang tak ku tau
Bola mataku bergulir
Menyisir sang korban-korban masa
Yang pada akhirnya akankah aku?

Written by : Eko S S

Bogor, P’44, 05 Oktober 2008, 23:07
Read More »»

Well, Come!

Hi... Halloww here...!!! Finally, I can create this blog... Hmmm.... I just wanna say : "Well... Welcome, Bro n Sis, whereever you are...! I love you, all... Read More »»